Rabu 22 Januari 2020. Januari 22, 2020. Komentar 89 al-habib salim bin jindan (al-hawi) 90. wan syarifah fathimah binti abdulloh al’aidid (kramat petogogan) 91. al-habib ‘ali bin ahmad bin zein al’aidid (kramat pulau panggang, kecamatan pulau seribu, jakarta / kramat timur) 92. al-habib husein bin aqil bin ahmad bin sofi assegaf (kramat barat pulau panggang) 93. Selainmakam Habib Pangeran Syarif Ali dan keluarganya, disini juga dimakamkan Habib Umar bin Alwi bin Zain bin Syahab yang merupakan ipar dari Pangeran Syarif Ali, beliau dimakamkan tepat disebelah makam Pangeran Syarif Ali. Habib Muhammad bin Husin Al-Idrus (Surabaya), Habib Salim bin Ahmad bin Jindan (Jakarta), Habib Ali bin Abdurrahman 1 Sejarah Singkat Kehidupan Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf. Seorang habib merupakan kelompok elit dari sebagian masyarakat, baik dilihat dari segi pemahaman keagaman ilmu agama ataupun dari segi sosial ekonomi. 32 Sebab sebagai suatu kelompok para habibkiai memiliki pengaruh yang sangat kuat di dalam masyarakat. MAULUD AGUNG” MAKAM Habib Hasan Bin Muhammad Al-Hadad (Mbah Priuk) “Sholat ASHAR Berjama’ah” Priuk: 20 Februari 2012: 09.00 WIB “MAULUD AGUNG” PON-PES AL KHAIRAT(Habib Nagieb Bin Syekh Abubakar) Jl. Pengasinan – Bekasi Timur: 20 Februari 2012: Ba’da ASHAR “MAULUD AGUNG” beserta HAUL(Habib Salim Bin Jindan) “Sholat ASHAR HabibJindan bin Novel bin Salim Jindan, yang akrab disapa Habib Jindan, menjelaskan bahwa saat di kuburan nanti hanya amal yang menemani kita. Orang yang dulu dibela mati-matian hingga mencaci orang lain tidak akan ikut menemani di kuburan. Habib Jindan menjelaskan bahwa tidak akan ada yang menemani di kuburan kecuali diri sendiri. HabibZain bin Abdullah Alaydrus merupakan salah satu ulama yang mendirikan madrasah pertama di Jakarta, yaitu Jamiat Khair, pada 1322 H/1902. Habib Zain lahir di As-Suweiry, dekat Tarim, Hadramaut, pada 1289 H/1869 M, dan hijrah ke Indonesia bersama beberapa saudaranya saat berusia 12 tahun. F2iFDG. OLEH HASANUL RIZQA Salah satu sifat Nabi Muhammad SAW ialah rendah hati. Beliau tidak pernah sama sekali menyombongkan diri, baik dalam ucapan, perbuatan, dan lain-lain. Statusnya yang mulia tidak mencegahnya untuk berbaur di tengah umat. Karakteristik tawaduk itu memancarkan keteladanan. Seorang alim yang begitu meneladan sifat tersebut ialah al-Habib Salim bin Djindan. Seperti tampak pada gelarnya, habib, tokoh kelahiran Kota Surabaya, Jawa Timur, itu merupakan keturunan Rasulullah SAW. Khususnya bagi masyarakat Muslim Betawi, reputasi Habib Salim sangat masyhur. Mereka menghormatinya sebagai seorang ulama besar. Bagaimanapun, sang mubaligh selalu konsisten mengikuti contoh Nabi SAW, termasuk dalam hal rendah hati. Dikisahkan, pernah ada seseorang yang ingin menuliskan sebuah buku autobiografi tentangnya. Orang ini pun berkesempatan menyampaikan maksudnya langsung kepada Habib Salim. Setelah mendengarkan penuturan si penulis, sayyid tersebut menyatakan penolakan. “Apa yang kalian lakukan? Menulis autobiografi saya, nantinya akan membuat anak cucu saya fakhr berbangga diri -Red,” ujarnya. Intinya, ulama yang telah menulis lebih dari 150 buku itu enggan dengan popularitas dan publikasi. Habib Salim kemudian meminta baik-baik naskah autobiografi itu dan merobek-robeknya, tanpa peduli pandangan si penulis yang menyatakan bahwa orang seperti dirinya perlu menerbitkan autobiografi agar jasa-jasanya diketahui khalayak umum. Habib Salim lahir pada 7 September 1906 M, atau bertepatan dengan 18 Rajab 1324 H. Nama lengkapnya adalah Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Jindan. Sejak kecil, dirinya menerima pengajaran agama dari lingkungan keluarga serta masjid sekitar. Guru pertamanya ialah orang tua sendiri. Ayahnya, Habib Ahmad bin Djindan, menerapkan pola pendidikan yang penuh disiplin. Melalui bimbingannya, Salim kecil pun mencintai ilmu-ilmu agama. Di rumahnya yang besar, tidak hanya ada kedua orang tua, tetapi juga kakeknya dari garis ibu. Habib Ali bin Mushthafa—demikian namanya—juga sering mengajarkannya berbagai ilmu keislaman. Habib Ali merupakan murid dari Imam Ahmad bin Zaini Dahlan serta Habib Idrus bin Umar al-Habsyi. Pernah suatu ketika, di hadapan guru-gurunya itu kakek Habib Salim ini membacakan lebih dari 200 kitab untuk mendapatkan ijazah. Di rumah besar yang sama, wanita-wanita hebat nan salehah juga bermukim. Pertama-tama, ibunda Habib Salim sendiri, yaitu asy-Syarifah Muznah binti Ali bin Mushthafa. Selain itu, kakak perempuannya yang bernama Khadijah pun tumbuh menjadi perempuan yang alim. Kelak, Muslimah ini menjadi istri seorang wali, al-Habib Ahmad bin Ghalib al-Hamid. Di luar keluarga, Salim yang masih berusia belia pun belajar kepada banyak guru. Di antaranya ialah Habib Abdullah bin Umar Assegaf serta Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih, yang saat itu mengasuh Madrasah al-Khairiyah Surabaya. Salim muda mulai mengadakan rihlah intelektual saat usianya beranjak remaja. Seorang gurunya ialah Habib Abdullah bin Muhsin Alatas alias Habib Keramat Empang, yang makamnya terdapat di daerah Empang, Bogor, Jawa Barat. Salim muda mulai mengadakan rihlah intelektual saat usianya beranjak remaja. Seorang gurunya ialah Habib Abdullah bin Muhsin Alatas alias Habib Keramat Empang. Selain itu, yang juga menjadi gurunya ialah Habib Muhammad bin Muhammad Almachdor dari Bondowoso. Adapun dari Gresik, ulama tempatnya mengaji ialah Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf. Dengan begitu, sanad keilmuannya sampai pada Syaikhona KH Kholil Bangkalan, seorang yang disebut-sebut sebagai waliyullah. Kegigihan dan keikhlasannya dalam menuntut ilmu berbuah manis. Habib Salim lantas mendapatkan ijazah dari sejumlah ulama. Mereka mengakuinya sebagai seorang pakar dalam beberapa bidang, utamanya hadis dan sejarah. Ia pun digelari muhaddis ahli hadis dan bahkan musnid ahli sanad hadis. Dalam menguraikan suatu hadis, Habib Salim sangat fasih dan hafal sumber-sumbernya sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis beberapa kali mengikuti kegiatan dakwahnya. Habib Salim sangat fasih dan hafal sumber-sumbernya sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis beberapa kali mengikuti kegiatan dakwahnya. Inilah yang membuat orang kagum terhadap daya ingatnya yang demikian cemerlang. Sebagai seorang yang hormat kepada guru-gurunya yang selama bertahun-tahun dia tekuni, dia pun memberikan penghargaan yang tinggi pada mereka. Habib Salim pernah berkata, ''Aku telah berkumpul dan hadir di majelis mereka. Sungguh dapat aku rasakan bahwa majelis mereka merupakan majelis para sahabat Rasulullah SAW di mana terdapat kekhusyukan, ketenangan, dan kharisma yang terpencar di hati mereka.'' Kendati sudah terkenal sebagai dai muda 17 tahun sewaktu di Surabaya, namanya makin berkibar saat hijrah ke Jakarta. Dalam masa remaja itu, dia juga berdakwah di kota-kota lain, seperti Pekalongan, Tegal, hingga Bogor, di samping membuka majelis taklim di kediamannya di Bidaracina kini Jl Otista, Jakarta Timur. Sikap tegas Di tengah kaum Muslimin, Habib Salim merupakan pribadi yang bersahaja, lemah lembut, serta tawadhu. Sebaliknya, sikap yang tegas dan bahkan cenderung keras ditunjukkannya kepada setiap kezaliman. Baginya, amar makruf nahi munkar adalah prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar. Pada zaman Presiden Sukarno, misalnya, ketegasannya terbuktikan. Seperti diceritakan Ibnu Umar Junior dalam risalah Fenomena Kramat Jati, seorang ajudan Bung Karno yang bernama Kolonel Sabur pernah berang kepada mubaligh tersebut. Sang dai dinilai telah melancarkan kritik-kritik kepada pemerintah. Termasuk dalam sebuah acara yang dihadiri proklamator RI itu di Palembang, Sumatra Selatan, pada 1957. “Kolonel Sabur menyuruh Habib Salim turun dari mimbar. Di kesempatan itu, beliau Habib Salim berkata kepada para hadirin, 'Suara rakyat adalah suara Tuhan. Apakah saya harus terus ceramah atau tidak?' Serempak para hadirin menjawab, Teruuus',” tulis Ibnu Umar. Kolonel Sabur menyuruh Habib Salim turun dari mimbar. Di kesempatan itu, beliau Habib Salim berkata kepada para hadirin, 'Suara rakyat adalah suara Tuhan. Apakah saya harus terus ceramah atau tidak?' Serempak para hadirin menjawab, Teruuus'. Sikap kritisnya itu direspons reaktif oleh penguasa. Tidak jarang, sang habib terpaksa melalui malam-malamnya di penjara. Pada zaman revolusi, dirinya pun lantang melawan kekuatan kolonial yang hendak menjajah lagi Indonesia. Waktu itu, Habib Salim sudah bergiat dakwah di Jakarta. Banyak jamaah pengajiannya yang berasal dari kalangan pemuda. Semangat mereka kian membara begitu mendengar pidato sang guru. NICA—tentara Belanda—terus berupaya memadamkan perjuangan sang mubaligh. Bahkan, Habib Salim sampai dipenjara. Bagaimanapun, ia tetap sabar dan pantang menyerah. Menurut sejarawan Alwi Shahab 1936-2020, Habib Salim adalah salah satu simpul dakwah yang sangat penting dalam sejarah masyarakat Betawi. Ia, bersama dengan Habib Ali Alhabsyi Kwitang dan Habib Ali bin Husin Alatas, dikenal sebagai tiga serangkai triumvirat dalam berdakwah. Alwi menambahkan, publik mengingat ciri khas Habib Ali, yakni cenderung kalem. Adapun Habib Ali Kwitang kerap mengingatkan kaum Muslimin tentang cinta Ilahi. Sementara, Habib Salim bin Djindan dengan suara yang menggebu-gebu kadang mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggapnya berlawanan dengan ajaran Islam. Masih pada zaman Orde Lama, satu contoh ketegasannya terjadi tatkala Partai Komunis Indonesia PKI berjaya. Partai berlogo palu-arit ini sedang dekat dengan penguasa. Para kader dan simpatisannya terus menyerang dengan sentimen anti-Islam. Habib Salim senantiasa berada di garda depan untuk melawan propaganda komunis. Padahal, waktu itu PKI sedang kuat-kuatnya. Berbagai ancaman tidak dipedulikannya. Sebab, yang terpenting ialah marwah agama Islam. Tak letih-letihnya sang habib mengingatkan umat Islam akan bahaya besar bila komunis berkuasa di Tanah Air. Habib Salim senantiasa berada di garda depan untuk melawan propaganda komunis. Habib Salim terkenal sebagai ulama yang tegas dan keras, terutama terhadap hal-hal kemaksiatan. Ia juga sering kali mengingatkan umat akan kerusakan moral. Kepada kaum wanita, Habib mengingatkan mereka agar memerhatikan cara berpakaian dan menutup aurat. "Jagalah wanita-wanita kalian. Peringatkan anak-anak dan istrimu agar menjaga aurat mereka. Karena, penyakit tabarruj memamerkan aurat bisa menyebar ke rumah-rumah kalian," kata Habib Salim. Dalam buku 12 Habaib Berpengaruh, Habib Salim berkata kepada keluarganya, "Aku mengharapkan datangnya kematian. Karena, aku menginginkan perjumpaan dengan orang-orang yang aku cintai. Mereka adalah para ulama dan salihin dan aku mengharapkan berkumpul bersama ajdad para leluhurku dan bersama datukku, Muhammad Rasulullah." Pada 16 Rabiul Awwal 1389 H bertepatan 1 Juni 1969 M, singa podium itu wafat. Ribuan umat Islam dari berbagai pelosok Jabodetabek bertakziah ke kediamannya di Otista Jalan Otto Iskandardinata. Umat Islam pun merasa kehilangan dengan kepergian sang ulama. Estafet dakwah diteruskan kedua putra almarhum, yakni Habib Shahahuddin dan Habib Novel. Yang terakhir itu membuka sebuah majelis taklim di Larangan, Tangerang, Banten. Sepeninggalannya, kini forum ilmu agama tersebut dilanjutkan oleh kedua putranya, Habib Jindan bin Novel dan Habib Muhammad. Singa Podium yang Prolifik Habib Salim bin Djindan berdakwah dengan lisannya yang tajam. Dalam arti, ia tidak pernah ragu bersuara melawan kezaliman, baik pada masa sebelum maupun sesudah Indonesia merdeka. Karena itu, beberapa kali dirinya merasakan sebagai tahanan di balik jeruji penjara. Penguasa mungkin bisa memenjarakannya, tetapi tidak akan mampu meredam semangatnya dalam amar ma’ruf nahi munkar. Tidak hanya bil lisan. Dakwahnya pun tergurat dalam banyak tulisan. Ulama kelahiran Surabaya, Jawa Timur, ini memang menyukai dunia pustaka sejak masih anak-anak. Tidak cuma rajin membaca, dirinya pun konsisten menghasilkan banyak karya. Habib Salim menulis kitab-kitab tentang berbagai disiplin ilmu, khususnya hadis dan sejarah. Dalam sebuah seminar daring baru-baru ini, filolog A Ginandjar Sya’ban mengatakan, sang habib merupakan penulis lebih dari 150 buku di sepanjang hayatnya. Sebagian besar karyanya masih dapat dijumpai hingga kini di beberapa perpustakaan, semisal Maktabah Kanzul Hikmah yang diinisiasi Majelis Hikmah Alawiyah Mahya di Jakarta Selatan. Sang habib merupakan penulis lebih dari 150 buku di sepanjang hayatnya. Salah satu karyanya ialah Raudhah al-Wildan. Isinya menghimpun biografi ulama-ulama Nusantara dengan begitu komprehensif. Menurut Ginandjar, Habib Salim menulis dengan penuh kesadaran sebagai orang Indonesia. Buktinya, pada setiap sampul buku-buku karyanya selalu tergurat nama lengkapnya yang ditambahi dengan gelar “al-Indunisi” atau “al-Jawi.” Ginandjar menambahkan, ulama yang lama berdakwah di Jakarta itu merupakan seorang ahli hadis, bahkan yang terbesar pada masanya. Ia memiliki lebih banyak periwayatan hadis dibanding ulama-ulama lain yang sezaman dengannya di Tanah Air. Salah satu karyanya, As Sami fi Mu’jam Al Asami menguraikan para musnid pada masanya. Termasuk di dalamnya, sejumlah ulama Hadramaut, para dosen Universitas al-Azhar, serta kalangan alim Jawi yang mengajar di Masjidil Haram. Keseluruhan kitab ini mencapai 37 jilid. Dalam bidang ilmu sejarah, sebuah karyanya berjudul Mu’jam al-Awadim fii al-Ansaab wa at-Taraajim. Tertulis dalam daftar isi kitab tersebut, karya ini mencapai tebal halaman. Kesemuanya ditulis dengan tulisan tangannya. Sayang sekali, kitab yang monumental ini hilang dan tidak diketahui keberadaannya hingga kini. Kompas TV cerita ramadan tradisi Sabtu, 2 April 2022 0525 WIB Makam Mbah Priok di Jakarta Utara, salah satu tempat ziarah ulama yang paling sering dikunjungi peziarah saat Ramadan Sumber Dhoni Setiawan/Kompas JAKARTA, - Jakarta yang sedemikian sesak ternyata menyimpan beberapa lokasi ziarah yang selalu ramai dikunjungi. Berikut ini merupakan makam-makam ulama bersejarah Jakarta sebagai wisata religi jelang atau selama Ramadan. Bagi masyarakat muslim, selain berziarah ke makam keluarga yang sudah meninggal dunia, mengunjungi makam ulama adalah bagian dari tradisi khususnya jelang atau selama Ramadan. Hal ini lantaran, para peziarah ingin mengenang jasa-jara para ulama terdahulu yang menyebarkan ilmu dan Islam. Selain itu juga ingin mendapatkan berkah dari para ulama ini. Makam Mbah Priok di Koja, Jakarta Utara Makam Mbah Priok ini terletak di dalam kawasan Makam Kramat Koja, merupakan salah satu tempat ziarah di Jakarta yang banyak dikunjungi peziarah jelang atau selama Ramadan. Mbah Priok memiliki nama asli Al Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan bin Muhammad Al Haddad. Ia lahir di Palembang tahun 1727 dan merupakan ulama legendaris yang dihormati dan makamnya banyak dikunjungi para peziarah. Baca Juga Masjid Tua Al Mubarok, Saksi Bisu Kota Jakarta Berusia 495 Tahun Makam Luar Batang, Jakarta Utara Masjid Jami Keramat Luar Batang atau juga populer dengan sebutan Masjid Luar Batang. Tempat ini merupakan tempat yang paling banyak dikunjungi di Jakarta. Tempat ini juga termasuk tempat wisata religi di Jakarta dan meruapakan sebuah bangunan ibadah bersejarah yang berada di daerah Penjaringan, Jakarta Utara. Di masjid ini terdapat makam seorang ulama bernama Habib Husein bin Abubakar bin Abdillah Alaydrus atau lebih dikenal dengan Habib Husein’ atau Habib Luar Batang. Baca Juga Sosok Habib Ali Kwitang, Ulama Berpengaruh di Tanah Betawi Makam Habib Ali di Kwitang, Jakarta Pusat Makam habib Ali Kwitang ini terdapat di dalam masjid Kwitang yang berada tepat di dalam kota Jakarta, dekat dengan Tugu Tani dan Gambir. Dijuluki Habib Ali Kwitang karena rumah dan makamnya terletak di kawasan Kwitang, Jakarta Pusat. Makam Habib Ali Kwitang salah satu tujuan favorit tempat ziarah di Jakarta. Muridnya juga tersebar di banyak tempat di Jakarta. Makam Habib Kuncung di Kalibata, Jakarta Selatan Masjid At Taubah Pancoran, berdiri dengan begitu kokoh di dekat pusat keramaian kawasan Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan. Meski begitu, suasana terasa begitu asri dengan banyaknya pohon berdiri di sekitar masjid. Masjid At Taubah yang terletak di Jalan Rawajati Timur II Kelurahan Rawajati Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan ini memang kerap dikunjungi peziarah. Ini lantaran di kompleks masjid itu terdapat makam seorang ulama terkenal, Habib Ahmad bin Alwi Al Hadad atau Habib Kuncung. Baca Juga 5 Nama Ulama yang Diabadikan Jadi Nama Jalanan di DKI Jakarta Makam Al Hawi, Condet, Jakarta Timur Makam ini terletak di kawasan Condet, Jakarta Timur, yang berada dalam sebuah kompleks makam para ulama dan habib terkenal. Sejumlah habib karismatik yang dimakamkan di sana, antara lain Habib Zain bin Abdullah Alaydrus, Habib Salim bin Jindan, Habib Ali bin Husein Alatas, dan Habib Umar bin Hud Alatas. Selama pandemi dua tahun terakhir, tempat-tempat ziarah ulama di atas sedikit lebih sepi dari biasanya. Namun, diprediksi selama Ramadan 2022 kali ini akan kembali ramai dikunjungi peziarah dari banyak tempat di Indonesia usai dilonggarkannya aturan terkati Covid-19. Sumber Kompas TV BERITA LAINNYA Jadwal Majelis Al Fachriyah Untuk Umum Madras Al Imamul Haddad setiap Senin Pagi jam pembacaan kitab-kitab salaf bersama para ustad, kiayi dan habaib di yayasan al fachriyah ciledug khusus para asatidz. Hadrah BaSaudan setiap hari selasa jam di Yayasan Al Fachriyah Ciledug untuk laki-laki Pengajian setiap selasa malam rabu jam pembacaan kitab Risalah Al Mu’awanah di Yayasan Al Fachriyah ciledug untuk Laki dan Prempuan dan live audio streming Ziarah dan Khotm Al qur’an di Makam Al habib Novel bin Salim bin Jindan setiap hari kamis jam di yayasan Al Fachriyah untuk laki-laki dan live audio streaming Pengajian setiap Malam Jum’at Pimpinan Al Habib Jindan bin Novel bin Jindan jam di Yayasan Al Fachriyah Ciledug untuk laki dan perempuan dan live audio streming Hadrah Asy Syeikh Abi Bakar bin salim setiap hari Jum’at jam di yayasan Al fachriyah Ciledug untuk Laki-laki dan live audio streaming Pengajian setiap Malam Jum’at akhir bulan Pimpinan Al Habib Jindan bin Novel bin Jindan jam di Yayasan Al Fachriyah Ciledug untuk laki dan perempuan dan live audio streming majelis Silaturahmi para ulama dan Habaib setiap jumat akhir bulan jam pembacaan kitab Tanbihul Mughtarrin bersama para astad, kiayi dan habaib di beberapa Masjid pindah-pindah sekitar ciledug khusus untuk laki-laki Acara perayaan Asyura dan Tahun Baru Islam setiap bulan suci Muharram di Yayasan Al Fachriyah ciledug untuk laki-laki dan prempuan dan live video dan audio streaming Acara perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam dan Haul Al Habib Novel bin Salim bin Jindan pada Ahad kedua dari bulan Rabilts Tsani di Yayasan Al Fachriyah ciledug untuk laki-laki dan prempuan dan live video dan audio streaming Acara perayaan Isra mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam dan Khotm kitab Sohih Al Bukhori di bulan suci Rajab di Yayasan Al Fachriyah ciledug untuk laki-laki dan prempuan dan live video dan audio streaming Acara buka puasa bersama dan Khotm Al Qur’an dalam Solat Taraweh pada hari kelima belas malam keenam belas di bulan suci Ramadhan di Yayasan Al Fachriyah ciledug untuk laki-laki dan prempuan dan live video dan audio streaming Acara Halal bi Halal pada tanggal 3 syawwal jam di Yayasan Al Fachriyah ciledug untuk laki-laki dan prempuan Browser Antum tidak mendukung elemen audio. Jadwal LIVE AUDIO STREAMING PENGAJIAN AL HABIB AHMAD BIN NOVEL BIN JINDAN Jadwal Pengajian Rutin Habib Ahmad bin Novel bin Jindan Pengajian setiap selasa malam rabu jam pembacaan kitab Risalah Al Mu’awanah di Yayasan Al Fachriyah ciledug untuk Laki dan Prempuan dan live audio streming Majelis Imamul Haddad pengajian bulanan setiap Sabtu keempat jam pembacaan kitab Nashoih Diniyah di Masjid Maqom Kramat Habib Kuncung kali Bata untuk laki dan perempuan dan live audio streaming Majelis Gabungan pengajian bulanan setiap Sabtu Pertama jam pembacaan kitab Sirah Nabawiyah di beberapa tempat yang berpindah-pindah untuk laki dan perempuan dan live audio streaming Majelis Gabungan pengajian bulanan setiap Sabtu kedua jam pembacaan kitab Sirah Nabawiyah di Qubbah Maqom Kramat Al Habib Abdurahman bin Abdullah Al Habsyi Cikini untuk laki dan perempuan dan live audio streaming Majelis Gabungan pengajian bulanan setiap Sabtu ketiga jam pembacaan kitab Sirah Nabawiyah di Masjid Jami’ Al Makmur Tanah Abang untuk laki dan perempuan dan live audio streaming Majelis Gabungan pengajian bulanan setiap Sabtu Keempat jam pembacaan kitab Sirah Nabawiyah di Masjid At Taubah Makam Kramat Habib Ahmad bin Alwi Al Haddad Habib Kuncung untuk laki dan perempuan dan live audio streaming Majelis Gabungan pengajian bulanan setiap Sabtu kelima jam pembacaan kitab Sirah Nabawiyah di beberapa tempat yang berpindah-pindah untuk laki dan perempuan dan live audio streaming Jalsatul Itsnain Majelis setiap Malam Selasa jam pembacaan kitab risalah Al Jamiah di Masjid Al Munawar Pancoran untuk Laki dan perempuan dan live audio streaming Dengarkan melalui Radio Al Fachriyah iPhone dan Android BB Pengajian setiap sabtu sore jam pembacaan kitab Al Mukhtar minal Anwar di wakaf Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan Otista Raya JakTim khusus Laki2 dan live audio streaming Dengarkan melalui Daarussalafie iPhone dan Android BB Al-Habib Salim, ulama keturunan Rasulullah SAW kelahiran Surabaya 18 Rajab 1324 H atau 7 September 1906 M ini memiliki nama Asli Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan yang bersambung nasabnya sampai Nabi Muhammad SAW. Ulama yang dijuluki 'Gudang Ilmu' pada zamannya ini merupakan murid Syaikhuna Kholil bin Abdul Mutolib yang masyhur dengan sebutan Mbah Kholil Bangkalan. Al-Habib Salim juga berguru dan mengambil sanad ilmu kepada Imam Ahmad bin Zaini Dahlan, Habib Alwi dan Muhammad Al Haddad dan Habib Abu Bakar bin Muahmmad Assegaf. Kedua habib terakhir ini adalah guru yang paling berkesan di hati beliau. Salah satu guru beliau yang lain adalah Al Habib Idrus bin Umar Al Habsyi yang di hadapannya lebih dari 200 kitab beliau baca dan kaji. Masih banyak lagu guru beliau, lebih dari 400 ulama dunia dan 200 ulama Nusantara diambil ilmu dan sanadnya oleh beliau. Kesungguhan dan kecintaan Habib Salim dan Jindan terhadap ilmu dibuktikan juga dengan koleksi kitabnya dalam perpustakaan pribadi yang berjumlah sekitar kitab, terdiri dari kitab mu’tabaroh maupun kitab kitab langka. Beliau juga mengarang sekitar 100 kitab dalam berbagai bidang, misalnya dalam bidang sejarah dengan judul Kitab I’laam Ahli Ar Rusukh Bi Anbaa’I A’laam Asy Syuyukh sejumlah 4 jilid; Kitab Ithaaf An Nabiil Bi Akhbaar Man Bi Jazair Al Arakhbiil 2 Jilid, I’laam Al Baraaya Bi A’laam Indunusia 3 jilid; Muluk Al Alawiyyin Fi Asy Syarqil Aqsha 2 jilid; Tarikh Dukhul Islam Ila Jazair Indunusia membahas tentang sejarah masuknya Islam di Nusantara dan tentang kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, serta tentang sejarah dan biografi tokoh-tokoh Nusantara. Siapa pun yang membaca kitab-kitab beliau akan tumbuh rasa nasionalis dan cinta Tanah Air yang luar biasa. Beliau juga menulis kitab dalam bidang hadist. Terdapat lebih dari 50 judul kitab besar, salah satunya adalah Kitab Raudhah Al Wildan terdiri dari 8 jilid besar yang berisi hadist-hadist Nabi Muhammad SAW. Beliau juga terkenal sebagai ulama ahli nasab. Beliau menulis puluhan kitab tentang nasab. Antara lain Kitab Mu’jam Al Awadim 16 jilid, yang mana jilid 1 saja sudah 1200 halaman; dan Kitab Ad Durr wa Al Yaquut 7 Jilid. Kealiman beliau tidak hanya masyhur di Indonesia, tapi juga terkenal di seluruh dunia. Bahkan ulama dunia yang juga guru beliau Muhaddits Al Hijaaz Al 'Allamah Asy Syeikh Umar bin Hamdan Al Mahrasi Al Jazairi. Dalam naskah ijazah beliau kepada Al Habib Salim bin Ahmad bin Jindan Asy Syeikh Umar bin Hamdan Al Mahrasi Al Jazairi menulis, "Sesungguhnya aku telah memberikan ijazahku untuk As Sayyid yang sempurna Salim bin Ahmad bin Jindan." Kemudian, guru beliau yang lain Al 'Allamah Mufti Johor Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad. Dalam naskah ijazah kepada Al Habib Salim beliau menulis, "Sesungguhnya telah meminta kepadaku Ijazah As Sayyid yang terhormat, teguh dalam berprinsip, yang ditalqinkan baginya ilmu, yang diberi ilham yang agung dari Allah, seorang yang memiliki hafalan yang sangat kuat, yang selalu meneliti danmengkritisi ilmu, yang setiap hari selalu datang dan memenuhi hidupnya untuk memikirkan ilmu yaitu As Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan." Maka dalam dunia ilmu beliau dijuluki Al Muhaddist Ahli Hadist, Al Musnid Ahli Sanad, dan Al Muarrikh Ahli Sejarah. Berjuang untuk Indonesia Tenggelamnya hati beliau dalam lautan ilmu tidak melupakannya untuk memikirkan negara dan berjuang berjuang untuk kemerdekaan negaranya. Pada 1940 beliau hijrah ke Jakarta . Beliau membuka beberapa majelis ilmu di beberapa daerah. Selain berdakwah beliau juga menjadi pejuang terdepan untuk kemerdekaan Indonesia, Habib Salim ikut serta membakar semangat para pejuang untuk berjihad melawan penjajah Belanda, dengan tenaga, fatwa dan pidatonya yang berapi-api. Oleh sebab itu ulama yang ahli berdebat dan orator ulung ini pernah ditangkap, baik di masa penjajahan Jepang maupun ketika Belanda. Dalam tahanan penjajah, ia sering disiksa, dipukul, ditendang dan bahkan disetrum. Namun, itu semua tidak melunturkan semangatnya dalam berjuang dan berdakwah, demi amar makruf nahi munkar, menentang kebatilan dan kemungkaran ia tetap tabah, pantang menyerah. Salah satu prinsip utama yang beliau teguhkan dalam hati adalah hubbul wathan minal iman, cinta tanah air adalah sebagian dari pada iman. Ketulusan beliau dalam berjuang untuk kemerdekaan sama sekali tanpa pamrih. Tidak ada sedikit pun keinginan untuk dikenang atau dihargai, beliau tidak pernah memikirkan apakah akan dijadikan Pahlawan Nasional atau tidak. Karena beliau melakukan itu semata-mata karena lillahi Ta’ala dan kecintaanya pada negerinya. Dikutib dari buku 45 Habaib Nusantara dijelaskan bahwa setelah Indonesia benar-benar merdeka dan aman, beliau kembali membuka majelis taklim yang diberi nama Qashar Al-Wafiddin. Ia pun kembali sibuk berdakwah di seluruh pelosok Nusantara, bahkan majelis dakwahnya meluas ke mancanegara seperti Singapura, Malaysia, Kamboja, dan negara lainnya. Selain berdakwah, dalam perjalanannya selalu cermat dan tekun mengumpulkan sejarah perkembangan Islam di daerah, misalnya di Ternate, Maluku, Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Timor Timur, Pulau Roti, Sumatera, Pulau Jawa. Catatan itu kemudian ditulis dalam kitab-kitabnya. Siapa pun yang membaca akan semakin mengetahui sejarah perjuangan dan islam, sehingga akan membuat pembacanya semakin cinta Tanah Air. Bukti nasionalisme lain dari beliau adalah dapat dilihat dari berbagai karyanya yang selalu menambahkan 'Al-Indunisiy' di akhir namanya. Nama beliau selalu tertulis dengan kalimat Allamah Al-Muhaddits As-Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan Al-Alawiy Al-Husainiy Al-Indunisiy. Dengan kepiawaian beliau dalam berdakwah, Islam kelihatan sangat sejuk dan damai. Karena itu banyak orang non-Islam yang akhirnya memeluk Islam dengan wasilah setelah bertukar pikiran dengan Habib Salim Habib Salim dan mendegarkan ceramahnya. Selain mendakwahkan Cinta Tanah Air, ada dua hal lain juga yang paling beliau dakwahkan, yaitu tentang pentingnya meninggalkannya yaitu pornografi dan kemaksiatan. Beliau wafat di Jakarta pada 16 Rabiul Awal 1389 H atau 1 Juni 1969 M. Ketika itu ratusan ribu kaum Muslimin dari berbagai pelosok negeri dan dunia. Jasadnya dimakamkan di dalam kubah di kompleks pemakaman Al-Hawi, Cililitan, Jakarta Timur . Ahmad Muhamad Mustain Nasoha, Ketua PC LBM NU Surakarta, Dosen Hukum-Fiqih dan Direktur Pusat Studi dan Konstitusi Islam IAIN Surakarta, Alumnus Ribath dan Kulliyyah Syariah Imam Syafii, Hadramaut, Yaman.

makam habib salim bin jindan